Tuesday, March 27, 2012

Gaungan Film The Raid: Redemption (2011)


Seorang pria melakukan sholat di dalam kegelapan berkata - kata singkat dengan istrinya sesudah ia menunaikan ibadahnya. Istrinya yang sedang hamil tua pun terlihat khawatir atas kepergian suaminya yang tinggal menghitung waktu, ditenangkan oleh kecupan sang suami di periutnya yang semakin membesar dan kata - kata janji sang suami. Adegan ini pun silih berganti dengan pria itu yang sedang melatih kemampuan fisiknya. Ini lah adegan awal film The Raid yang sedang menggaung di bumi pertiwi ini, juga negeri luar. Adegan selanjutnya sangatlah bertolak belakang dengan sensasi yang diberikan di bagian awal film, sungguh menegangkan!

Kemarin, tepatnya tanggal  26 Maret 2012, saya dan salah seorang teman saya, Cella, memutuskan untuk menonton film garapan sutradara Gareth Evans asal Welsh ini. Alasannya tak lain tak bukan adalah rasa penasaran yang membuat film ini dibicarakan oleh berbagai kalangan, tentunya bukan kalangan dibawah umur 17 tahun karena aksi yang dipertontonkan disini cukup keras. Berbagai penghargaan yang diberikan kepada film ini pun menambah rasa penasaran kami seperti Toronto International Film Festival (TIIF) pada Mei 2011 lalu, penghargaan tertinggi 'The Cadillac People's Choice Award', film terbaik dan sekaligus Audience Award di Jameson Dublin International Film Festival dan menjadi film favorit juri di Festival Film Sundance.

Berbagai kritikus film pun memuji keunggulan film ini terutama dalam adegan pencak silat yang cukup sering dimunculkan. Sepertinya memang bagian itulah yang ingin ditonjolkan oleh sang sutradara. Ketegangan penonton rasanya juga menjadi harapan tersendiri bagi film ini. Sebut saja adegan sewaktu Jaka (Joe Taslim) berkelahi tangan kosong dengan Mad Dog (Yayan Ruhian), anak buah bos narkoba Tama (Ray Sahetapy) yang mengiris hati apalagi diakhiri dengan cara si Mad Dog memelintir leher Jaka. "Yah, padahal ganteng. Mati deh." terdengar salah satu komentar penonton. LOL. Atau adegan dimana Rama dan Andi berkelahi dengan Mad Dog yang sangat sulit dilawan itu. Gregetan sekali menontonnya, lah kok ya nggak mati - mati ni orang..

Mad Dog melawan Jaka

Mad Dog melawan Andi


I squirmid! Darah yang seenaknya muncrat dari leher yang disayat dengan golok, sejumlah peluru yang berlari kencang ke arah si target, ataupun leher yang tertancap pada patahan pintu kayu apartemen tersebut tampak real karena disajikan seakan - akan penonton sendiri yang menyaksikan adegan itu secara dekat. Tak heran film ini dikhusukan hanya untuk Dewasa. Yang tak terpikirkan, ide dari Rama yang menggunakan gas tabung besar yang dimasukan ke dalam lemari pendingin untuk melawan tembakan beruntun dengan ledakan cukup besar tersebut. Wow.

Sebenarnya, cerita film ini sangat singkat. Dimulai dari niat penggebrekan salah satu rumah susun kumuh di kawasan terdalam Jakarta, yang akhirnya menjadi pintu maut bagi sebagian besar pasukan khusus polisi anti teror tersebut karena terjebak di lantai 6 gedung berlantai 30 itu. Rumah susun yang tak pernah berhasil di jamah oleh pihak kepolisian itu ternyata adalah sarangnya bandar narkoba dan kriminal - kriminal di Jakarta. Bos bandar narkoba yang menjadi target utama penggrebekan itu ternyata sudah bersiap - siap oleh penyerbuan polisi yang tiba - tiba. Ini dibuktikan oleh serangkaian alat komunikasi, CCTV, persenjataan yang cukup canggih, serta keahlian pencak silat anak - anak buahnya juga otaknya yang cukup pintar karena membuat penyerangan polisi ini lebih menarik dengan memberikan sewa gratis bagi penghuninya yang bebas menumpas para pasukan. 

Di tengah usaha para anggota team khusus yang tersisa berjuang untuk nyawanya, ternyata dalang di balik semua ini adalah Letnan Wahyu (Pierre Gruno), si polisi korup. Setiap film pastilah ada jagoannya. Itupun yang membuat film ini bertambah serunya. Pemeran utama film ini adalah Rama (Iko Uwais) sang adik yang ternyata ingin mencari kakaknya, Andi (Donny Alamsyah) yang menjadi tangan kanan Tama. Ia pun mengeluarkan keahliannya dalam pencak silat untuk menumpas semua penghuni rumah susun yang ingin menghabisi nyawanya. Keren. Kabarnya, beberapa penonton bioskop pun bertepuk tangan saat Rama berhasil menumpas lawan - lawannya. 

Tak selalu berlanda kekerasan, film ini juga menyajikan persahabatan yang membuat Rama makin digemari penonton. Di balik keluwesannya dalam bertarung, ia pun mempunyai kepribadian yang lembut. Pertama saat ia berkata kepada istrinya bahwa ia akan pulang dan berkata aku cinta kamu, walaupun sedikit kaku. Kedua saat ia menolong temannya yang sangat keras kepala. Padahal awalnya mereka nyaris berkelahi sesudah mereka adu mulut. Rama menitipkan temannya kepada salah satu penghuni yang pro dan berjuang mempertarukan nyawanya. Ketiga, saat ia bersikeras masuk ke dalam tim penyergapan karena ingin membawa kakaknya pulang yang walaupun ditolak mentah - mentah karena kakaknya merasa dihormati dan dihargai di 'kerajaan' narkoba tersebut, apalagi setelah bos utamanya mati tertembak. Jadi ganteng :D. 



Kelemahan dalam film ini yang kadang terlihat tentu sangat dimaklumi. Seperti alurnya yang kurang mengalir dan bagi penonton yang kurang memahami ceritanya, hanya menangkap adegan laga dan kekerasannya saja. Saya pun menyetujui salah satu kritikus film terkenal yang berkata bahwa kurang ada penjelasan dimana lokasi penyergapan tersebut. I mean, di negara mana, walaupun bagi kita orang Indonesia tentu tahu dari bahasanya, tetapi tidak demikian bagi orang luar. Akting para aktornya pun terkadang terlalu berlebihan ataupun pandangannya yang masih kaku, terutama pemeran pembantunya yang terlihat bagi orang yang cukup detail. Percakapan mereka pun terasa lucu, padahal bermaksud untuk membuat ketegangan penonton tercipta, tetapi malah mengumbar tawa oleh karena mimik wajah yang tidak sesuai dengan percakapannya. Tidak bermaksud untuk mengkritik perfilman indonesia, tetapi virus sinetron Indonesia yang terlalu melebih - lebihkan ekspresi pun sedikit mencampuri film ini.

Tetapi terlepas dari semua itu, film ini patut mendapatkan acungan jempol. Apalagi sedikit film Indonesia yang dapat masuk Box Office Internasional. Baru hari keempat saja penonton film yang ditayangkan di 82 bioskop di Indonesia, dan sejumlah bioskop di Amerika Serikat (Los Angeles, New York, San Fransisco, Washington DC, Chicago), Kanada dan Australia ini sudah mencapai 257.243 orang, melebihi target syarat masuk film Box Office yang harus mencapai 50.000 penonton per hari. Pujian dari kritikus film maupun penonton pun tak sebanding banyaknya dengan kritik - kritik yang bermunculan. Jadi boleh dibilang film ini adalah terobosan baru bagi Indonesia dan menjadi patokan untuk dunia perfilman Indonesia untuk terus maju. Pesan saya cuman satu: buatlah film yang membangun bangsa ini.


nb: ga mau lagi nonton film kayak gini ah, sadar atau tidak sadar, setiap apa yang kita lihat akan terus terekam di dalam otak, dan saya mencoba untuk menyeleksi konsumsi otak saya :)

No comments:

Post a Comment

WELCOME to my BLOG

 = get your chips and read enjoyingly  =

Today's quote

happy with your life. Express it. enjoy every shits.

Search This Blog