Monday, March 19, 2012

Ketika Libur Tiba

Ketika aku tersadar dari tidur yang lelap. 
Ketika aku belum merasa pantas untuk membuka mata. 
Ketika aku merasakan semilir angin dari pendingin ruangan. 
Ketika aku merasakan selimut yang menggelitik setiap pori - pori tubuhku. 
Ketika tidak ada alarm telepon genggam yang berteriak - teriak memaksa aku sadar dari alam bawah sadar. 
Ketika tidak ada rencana yang memaksa untuk ku lakukan..

Ketika itulah aku yakin bahwa aku berada di suatu tempat yang bernama rumah.

Ketika aku membuka mata ku, gelap masih membayang. 
Bangun pagi memang sudah menjadi ritual bagiku. Sejak dulu, jadwal sekolah yang padat dan letak sekolah yang cukup jauh untuk di tempuh memerintah otakku untuk menyadarkan tubuh ini lebih awal. Tetapi gelap itu tidak selamanya menghantui seluruh pelosok kamar ini. Terang yang tidak diundang itu masuk melalui celah - celah jendela ku yang bermotif bunga - bunga tulip minimalis. Mulai lah terlihat kamarku yang bernuansa cokelat tua dengan sedikit warna yang terkelupas akibat umur yang tidak mungkin semakin muda. Ranjang ku terletak di sisi terdalam kamarku dengan salah satu bagian yang berantakan. Oh, adik ku sudah berangkat ke sekolah untuk menghadapi ujian akhir sekolahnya, ujian yang biasa dihadapi oleh murid kelas dua belas. Di sebelas kiri ku terdapat sebuah meja dengan kursi beroda yang simple. Warna cokelat dengan motif aluran - aluran kayu yang manis.

Disebelahnya lagi berdiri kokoh kipas angin berwarna putih yang selalu berputar ke segala arah, meminimalisir pemakaian pendingin ruangan yang terlalu berlebihan. Tidak bagus untuk kesehatan, juga boros listrik, begitu kata ibuku. Di sebelah kirinya lagi, tepatnya di pojok lain ruangan, terdapat balok kayu berukuran besar yang digunakan untuk menyimpan onggokan - onggokan tas. Penuh. Tidak terlalu efektif untuk menyimpan tas di tempat seperti itu karena di atas kotak itu terdapat seperangkat stereo musik yang harus diturunkan jika aku ingin mengambil salah satu tas untuk menemani aku sepanjang hari. Apalagi, tiga buah boneka yang berukuran besar pun ikut memberatkan usaha ku untuk mempermudah meraih tas - tas itu. Mengedepankan ranjangkum terdapat sebuah lemari dua pintu berkayu jati untuk menyimpan hal yang cukup penting bagi wanita. Baju. Satu lemari penuh untuk melindungi pakaian kami berdua. Berbagai jenis gaun di sebelah kanan, dan sebelah kira untuk baju yang dilipat.

Pojok kamar yang merupakan diagonal kotak besar penyimpan tas, atau berseberangan dengan pojok kamar ranjangku terdapat sebuah lemari kecil buku - buku. Warna cokelat tua yang sepadan dengan warna dinding kamar menguliti lemari mungil itu. 3 buah rak yang bersemayam di dalam nya bersedia untuk menyimpan buku - buku yang rata - rata sudah ku lahap isinya.

Terakhir, pintu putih setinggi dua setengah meter menjadi gerbang keluar masuknya penghuni kamar ini maupun pendatangnya. Aku, adikku, teman - teman kami, keluarga kami, pembantu rumah tangga kami, maupun debu - debu yang sebenarnya tidak diminati oleh penghuninya.

Menolak untuk bangkit, aku malah menarik selimut polyster pink ku semakin menutupi sebagian besar tubuh ku. Menggesek - gesek sebentar kedua kaki ku untuk mencicipi sedikit kehangatan, lalu aku memejamkan mata ku untuk beberapa saat lagi. Ah, sudah siang, aku jadi teringat kata - kata ibuku, "Anak gadis jangan bangun siang - siang, nanti rejeki bisa dipatok ayam tetangga." Dengan mengerahkan otot - otot ku yang masih lemas, aku mengusap mataku berkali - kali untuk memperjelas aku melihat sekeliling.

Hal yang biasa aku lakukan setiap kali bangun tidur. 
Keluar kamarku lalu bejalan pelan menuju tangga dan menuruninya untuk sampai kepada tujuan akhirku. Meja makan. Aku mengambil gelas yang sudah disiapkan di nampan lalu mendekatkanya ke water dispenser dan menyaksikan air yang mengalir ke gelas yang akan ku teguk isinya setelah penuh. Dua gelas habis. Aku duduk sesaat untuk melegakan perut ku yang kembung, lalu meminum segelas lemon hangat yang sudah menjadi kebiasaan ku dua bulan terakhir ini.

Sepi. 
Adik perempuanku sekolah, dan kedua adik laki - laki ku ternyata masih tergelepar di ranjangnya masing - masing. Aku sentuh kedua dahi mereka. Ah, panas. Ternyata masih sakit. Aku sediakan minum untuk mereka dan membuatkan larutan air liur lebah yang katanya berkhasiat itu. 15 tetes seorang. tes tes tes. Lalu kuaduk.

Nit nit nit. 
Keluar lah suara televisi yang telah lama tidak menari - nari di telingaku. Aku tertinggal banyak sekali iklan komersial dan berita - berita hangat. Aku menonton sebuah kartun, karena adik ku yang paling kecil yang menyalakannya. Setelah bosan menonton, aku usap - usap kepalanya lalu aku kembali ke kamar ku untuk menyalakan laptop dan mencari info - info terhangat dunia, serta info perjalanan menuju sebuah kota istimewa Indonesia. Jogjakarta.

Kenapa Jogjakarta? 
Karena besok, tepatnya tanggal 20 Maret 2012, aku berencana untuk mengelilingi kota Jogja bersama kedua teman ku. Lilia dan Joke. Mereka adalah teman satu kamarku di tempat kuliah dan kami sudah merencanakan sejak awal tahun untuk berjalan - jalan berwisata keliling Indonesia. Dan pilihan kami jatuh ke kota yang menggambarkan kawasan jawa tengah ini.

Liburan. 
Saat - saat yang tidak bisa tergantikan oleh apapun. 
Melakukan apapun yang ku mau tanpa harus memikirkan tanggung jawabku untuk belajar, menimba ilmu untuk masa depan yang lebih pasti. 
Aku akan selalu menantikanmu. 
Apalagi saat - saat belajar keras untuk ujian akhir semester. 
Rasa lega yang tidak dapat kugambarkan. 
Rasa yang terwujud ketika aku menulis titik di lembar terakhir jawabanku, di hari terakhir ujian. 
Aku bebas.


No comments:

Post a Comment

WELCOME to my BLOG

 = get your chips and read enjoyingly  =

Today's quote

happy with your life. Express it. enjoy every shits.

Search This Blog