Wednesday, March 7, 2012

Like protesting Film Script. It will never change.

I believe God already plan about me every single step i take, food to eat, place to rest in, or even what shirt color will i wear today.

Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan. (Yeremia 29:11)
 
Yak. Kira - kira seperti itulah Tuhan yang saya kenal. Segala yang saya sesali, lambat laun saya mulai melihat pekerjaan tangan Tuhan di dalamnya. Waktu itu, saya masih SMP. SMP saya letaknya di perumahan Sunrise, dan saya sendiri tinggal di sebuah perumahan di kalideres. Jarak yang cukup jauh untuk ditempuh apalagi macetnya luar biasa. Saya kerap kali protes ke orangtua, juga Tuhan. Kenapa sih sekolah jauh - jauh segala? Mana jemputan mahal banget, waktu itu sekitar 700an ribu sebulan, apalagi uang sekolah nya. Behh dahsyat!. Tapi saya mulai melihat kalau sekolah saya adalah salah satu sekolah terbaik di Jakarta. Itu satu point. Nah ternyata di sekolah ini juga saya mulai menemukan kalau ada rasa haus yang tak akan cukup kalau saya minum air dari Niagara ataupun sebanyak air di Samudra Hindia. Saya butuh Tuhan. Dimulai dari salah seorang teman saya yang bertobat dan mengkoar2kan kebikan Tuhan, yang sempat membuat saya berpikir, norak banget nih orang, saya pun diperkenalkan dengan yang namanya mempunyai hubungan pribadi dengan Tuhan.

Saya mulai merasa Gereja lokal saya waktu itu adalah Gereja yang monoton. Agamawi banget. Nyanyi harus memakai buku, yang bahkan saya sendiri pun tidak tahu apa yang saya nyanyikan. Just some tradition that became my duty every week. Intinya, saya datang ke Gereja hanya untuk memanaskan kursi dan menyenangkan hati orang tua. Kalo saya tidak ke Gereja, bisa dibayangkan omelan omelan yang bertubi - tubi menancap ke telinga. Orang kristen kok ga dateng ke Gereja, apalagi saya pengurus Gereja yang kalau saya tidak melakukan tugas saya, kebaktian pun tidak berjalan! Saya yang mencari ayat dan lagu untuk dinyanyikan, dan koordinator MC istilahnya.

Saya pun bosan. Melakukan ritual yang manfaatnya pun saya tidak tahu. Nah, mulai pas SMA, saya tidak memikirkan Tuhan lagi, apalagi masa - masa sulit pun terjadi. Dimulai dari pelajaran yang bener - bener bikin tertekan, sampai masalah - masalah anak SMA yang umumnya terjadi, dari masalah komunitas sampai romance.

Sampai pada saat masanya untuk kuliah. Hampir saya pergi ke Jerman dan Belanda untuk melanjutkan studi, tetapi karena banyak pertimbangan, saya pun undur dari rencana itu. Saya membelokan haluan ke President University. Pertama saya sempet protes ke Tuhan.

Kampusnya kecil, sistematis manajemennya berantakan, pelajarannya ga jelas, katanya internasional tapi kok inggris gue ga maju - maju, temen - temen nya asik ga yah, panas banget, jauh dari rumah, jalanan rusak yang ngebuat sepatu gue jebol mulu. Fiuh.

Tapi saya percaya itu Tuhan yang ngerencanain saya sekolah dimana. Dan Tuhan pun merencanakan setiap kerikil kerikil yang terjadi. Including the happiness i enjoyed. Di PU (President University) saya pun mensyukuri apa yang telah Tuhan lakukan disini. Saya masih bisa kuliah. Saya masih bisa makan tanpa kekurangan. Saya masih bisa tinggal di dorm yang aman walaupun lebih mahal dari kos - kos an di luar PU, saya masih bisa belajar berorganisasi yang walaupun PU seems to held too many events, saya masih bisa have fun sama teman - teman, saya masih bisa mendapat GPA yang cukup bagus yang saya pun berharap semester ini dan kedepannya naik, saya pun bersyukur karena saya masih bisa balik ke rumah at least dua minggu sekali, saya pun bersyukur saya masih bisa shopping :D :D :D. Dan saya pun bersyukur saya punya komunitas rohani seperti

Carecell
Outbound -ing

Christmas celebration @GGA

Kalau orang bilang sih it's like a komsel. Awalnya, saya di ajak ke sebuah Gereja yang mendasari Carecell ini. GGA atau AGC atau Gereja Generasi Apostolik di Kuningan. KLIK INI untuk tau info singkatnya. Awalnya, teman SMP saya yang membawa saya ke Gereja itu. Gerejanya bagus, tapi dingin. Sebatas itu yang syaa tangkap. Memang, dari awal saya sudah memiliki kerindan untuk punya Intimate relationship with God, but i did not know how. Lalu saya di bawa ke Carecell ini di kampus. Saya mau kabur! haha Ga enak banget ditanya - tanyain yang seakan - akan harus dijawab dengan rapi. Dan, anak - anak carecell pun mulai menunjukan perhatiannya. Mulai dari memberikan cupcake, roti bakar, sampai menraktir saya makan. So creepy deh. Rasanya seperti di pedekatein sama orang tapi terang - terangan. Terang - terangan pula saya semakin menjauhi Carecell ini. Beribu alasan saya lontarkan untuk menjauhi komunitas ini. Tidak ada untungnya!

Tetapi, mau sejauh apapun saya berlari, kalau Tuhan sudah memanggil tidak ada yang bisa menghalangi. 

28 And we know that in all things God works for the good of those who love him, who have been called according to his purpose.  (Rome 8)

Ternyata, Tuhan ingin merubah karakter saya, meninggalkan manusia lama saya, memanggil saya dalam tujuan yang mulia, mengisi hati saya dengan damai, sukacita, dan janji - janjiNya yang luar biasa. Saya mulai datang ke Carecell ini karena memang beda. Kalau komsel yang pernah saya datangi, itu hanya nyanyi - nyanyi dan sharing, apalagi saya trauma sama komsel karena, komsel sebelumnya terkesan memaksa dan memposisikan Tuhan sebagai Tuhan yang baik, tetapi menuntut, yang padahal tidak demikian. 

Di Carecell ini, saya melihat bahwa yang di bagikan adalah value - value Kerajaan Allah, dan yang ingin melakukan firman Tuhan, bukan hanya mendengarkan atau sekadar sharing. Banyak sekali hal baru yang saya dapatkan di sini, mulai dari pentingnya peran ayah dalam keluarga, pentingnya buah sulung, bagaimana kekudusan dalam sebuah hubungan, berbisnis sesuai kerajaan Allah, sampai pentingnya perbuatan kecil seperti memberi perhatian kepada orang - orang. 

Awalnya saya meng expect pekerjaan Tuhan secara supranatural. BANG! saya pun berubah menjadi baik hati, suci, tidak ada lagi dendam, keluarga saya dipulihkan, saya menjadi sukses dalam sekejap. But no. apa yang saya harapkan tidak terjadi. Karena perubahan itu bukan instant. Sama seperti obat pelangsing murahan yang addicted. Kalau dipakai langsung turun 8 kilo seminggu, tetapi setelah berhenti memakai, akan tambah gendut lagi. Kalau mau kurus ya olahraga. Sehat, tidak instant, bikin cape, tapi hasilnya luar biasa. Karena fokus kita adalah pada tujuan, sehingga kita tidak memperhatikan proses yang bikin ngilu itu.

Nah, setelah tau kebenarannya, saya tidak berani membantah Tuhan, karena Dia sendiri yang memanggil saya, memeluk saya dan berkata, "Kembalilah, Nak." Seperti lirik di sebuah lagu yang membuat saya terharu setiap kali mendengarnya.

The day I left home I knew I’d broken His heart
And I wondered then if things could ever be the same
Then one night I remembered His love for me
And down that dusty road ahead I could see
It was the only time – it was the only time I ever saw Him run
And then He ran to me, He took me in His arms
Held my head to His chest, said “My son’s come home again”
Lifted my face, wiped the tears from my eyes
With forgiveness in His voice He said,
“Son do you know I still love you?”
He caught me by surprise as He brought me to my knees


Itulah dua paragraf lirik dari When God Ran. Ternyata selama ini saya  terhilang, saya haus. Sama seperti dehidrasi yang gejalanya bibir pecah - pecah dan kerongkongan kering, kehausan saya ditandai dengan dendam, sakit hati, protes pada keadaan, Selalu khawatir, cepat marah, dan kesepian. Bukan dengan usaha saya mencari air itu yang membuat saya terlepas dari dahaga, tetapi dengan Anugrah Tuhan lah saya dibebaskan. Orang sering bertanya - tanya. seseorang telah dibebaskan, tetapi masih belum sempurna melakukan apa yang Tuhan mau, masih penuh cacat, penuh kedagingan. Guys, Tuhan memberikan anugrah yang penuh. Nggak setengah setengah. Tuhan yang memanggil, Tuhan pun yang menghidupkan sisi jiwa kita yang mati. Nggak mungkin kalau Tuhan berkata, ini air untuk kamu melepaskan dahaga, boleh kamu masukan ke dalam mulut, tetapi tidak boleh di telan (Taken from Max Lucado book) What i know is He loves me so much.

 The point is, i'm happy to be in this community karena kalau kita berada di komunitas yang salah, sebaik apapun kita, gaya hidup komunitas yang akan membentuk kita. Komunitas itu penting, and it is our decision which community you are in. Hanya untuk fun atau mendampaki kita sampai kita menjadi manusia yang luar biasa? 

Yang saya sadari adalah, i cannot share any longer words because i have to study!!! grrr. Minggu depan itu final dan saya belum belajar apapun. But i have Him. Saya nggak mungkin memakai kekuatan saya sendiri di saat Dia menawarkan kekuatanNya yang tanpa batas. Saya tidak perlu khawatir.

My last is, i love CareCell PU. Where tomorrow's Leader's dwell together. Therefore, i am being change for i can change peoples. That's why i am here. Love you guys.

XOXO,
Sylvia Happy Joy Peace Righteous Setiawan 

Me and my cell







2 comments:

  1. now i love your post and the pictures..so happy...sylvia happy...

    ReplyDelete

WELCOME to my BLOG

 = get your chips and read enjoyingly  =

Today's quote

happy with your life. Express it. enjoy every shits.

Search This Blog